Minggu, 20 Januari 2008

Hijrah dan Perjuangan

"Barang siapa yang mau berhijrah dijalan Allah, maka ia akan dapatkan dibumi ini keberuntungan yang banyak dan luas".

Terlebih dahulu marilah kita bersyukur kepada Allah SWT., karena atas taufiq dan hidayah-Nya, maka saat ini kita memasuki tahun baru hijriyah 1429, tetap dalam keadaan beriman dan bertaqwa. Kemudian marilah kita selalu berusaha meningkatkan kualitas iman dengan usaha yang sungguh-sungguh, dengan cara selalu berusaha ingat kepada Allah, ingat akan nikmat-nikmatNya yang telah diberikan kepada kita dan berusaha untuk selalu menyukurinya.
Selain itu pula, berusaha selalu mengingat akan perintah-perintah-Nya dan berusaha melaksanakannya. Janganlah sekali-kali dengan sengaja melupakan Allah atau berbuat sesuatu yang menyebabkan kita bisa lupa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali pula kita dengan sengaja mengingkari nikmat-nikmat-Nya serta berani melanggar larangan-larangan Allah karena itu kita menjadi beku dan keras sehingga sulit untuk Taqarrub kepadaNya nauzubillah.
Peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, Rasullulah SAW., beserta para sahabatnya dari Makkah menuju Yastrib (Madinah) merupakan peristiwa yang sangat penting dalam konteks kesejakteraan Ummat Islam. Dari peristiwa Hijrah itu dapat kita tarik nilai dan pelajaran yang amat mendasar sebagai bekal untuk menuju Izzul Islam wal muslimin, menuju terciptanya persatuan dan kesatuan diantara kaum muslimin. Sebab kita semakin sadar bahwa ummat Islam dituntut untuk dapat membuktikan kepada khalayak dunia bahwa kehadiran Islam dimuka bumi ini merupakan rahmat bagi alam semesta atau Rahmatan Lil Alamin. Wama arsalaka illa rohmatan lil alamin. "Tidak aku mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”. Pada hakikatnya peristiwa hijrah Nabi dapat kita lihat dari dua aspek Yaitu aspek Aqidah dan aspek Sosial.
Dari aspek aqidah, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW., adalah semata-mata untuk menjalankan perintah Allah SWT., bukan karena Nabi kita takut ancaman kaum kafir. Bukan karena tidak tahan caci maki dan cercaan mereka serta bukan karena Nabi dan sahabatnya melarikan diri dari tantangan perjuangan.
Dari aspek sosial, peristiwa hijrah itu dapat kita artikan sebagai suatu upaya dan ikhtiar untuk mencari lingkungan yang kondusif sebagai suatu strategi dalam usaha mewujudkan cita-cita masa depan dalam membentuk masyarakat yang damai tentram lahir batin adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT., mungkin karena itu semua kepada orang-orang yang bersedia berhijrah ke Madinah waktu itu Allah menjanjikan dengan firman-Nya : "Barang siapa yang mau berhijrah dijalan Allah, maka ia akan dapatkan dibumi ini keberuntungan yang banyak dan luas".
Setelah Nabi Muhammad SAW., beserta rombongan para sahabat tiba di Madinah, mereka segera melakukan langkah-langkah antara lain :
Pertama : Mempersaudarakan (memantapkan ukhuwah) antara kaum / sahabat anshar dan muhajirin. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menyatukan dan menghimpun potensi yang dilaksanakan pada semua jalur kehidupan antara lain ; melalui jalur pernikahan, rumah tangga, ekonomi, bahkan melalui jalur budaya dan tradisi. Semua iu dilaksanakan untuk modal dasar dalam ikhtiar membangun masyarakat yang dicita-citakan.
Kedua : Membangun Masjid Quba' sebagai pusat kegiatan Islam. Dimasjid itu mereka beribadah, menguatkan aqidah dan mempertinggi akhlak. Disitu pula mereka memperdalam ilmu dengan belajar, bermusyawarah, bahkan menyusun strategi perjuangan islam.
Ketiga : Mendirikan pasar dan membuka jalur-jalur perekonomian baru, sehingga dapat memperkokoh perekonomian ummat dan sekaligus memperkuat perekonomian Negara dan mempermudah dalam menghimpun dana untuk membangun pemerintah yang solid.
Keempat : Mengadakan perjanjian-perjanjian damai dengan kekuasaan-kekuasaan non-Muslim disekitar madinah seperti kaum Yahudi dan sebagainya. Kemudian memperluas jalur-jalur tetangga dengan mengirim surat (ajakan masuk Islam).
Dengan langkah-langkah strategi semacam itu dalam kurun sekitar 10 tahun Nabi Muhammad beserta para sahabatnya telah berhasil mewujudkan masyarakat yang diidamkan, yaitu masyarakat yang sejaktera lahir dan batin, tentram dan damai dibawah panji-panji Islam. Bahkan eksistensi Negara Madinah pada saat itu semakin kokoh dan solid, sehingga penyiaran islam semakin merata bukan saja di semenanjung Arab tapi sampai ke pinggiran benua Eropa (Persia dan Romawi Timur) dan bahkan sampai ke pesisir timur Afrika (Abbasiyah).
Kekuatan dan kewibawaan Negara Madinah pada waktui itu boleh dikatakan sudah mirip dengan Negara super power (Amerika Serikat). Hal ini terbukti antara lain pada waktu peristiwa Amal Fathi (takluknya Negara Mekkah dibawah rezim kafir). Pada waktu itu umat Islam Madinah beramai-ramai datang ke Mekah yang pada saat itu berada dibawah kekuasaan kaum kafir dengan pimpinan Abu Sufyan, cukup dengan berbaris dan mengumandangkan yel-yel "Allahu Akbar-Allahu Akbar", seluruh pemimpin dan algojo-algojo kuffar dibuat ketakutan dan mereka tidak berani keluar rumah. Abu sufyan bertekuk lutut dan seluruh kekuatan Negara Mekkah pun menyerah tanpa syarat kepada madinah (pasukan kaum Nabi Muhammad SAW).
Peristiwa hijrah dan Amal Fathi itulah suatu contoh dari proses dan penerapan dakwah Islam yang sukses dan paling gemilang sepanjang sejarah. Suatu dakwah tanpa menyakitkan, tanpa kekerasan, apalagi dengan perang, tetapi mengan dengan kemuliaan bahkan dilengkapi dengan sikap dan perilaku Rasulullah yang sungguh sangat mengagumkan dan itu menunjukkan kelembutan dan kehalusan islam dalam berdakwah. Sebagai pemimpin kafir Makkah, Abu Sufyan tetap dilindungi bahkan dijadikan pemimpin Makkah, Nabi bersabda "Barang siapa yang masuk umah Abu Sufyan ia akan selamat, dan barang siapa yang masuk Masjidil Haram ia akan aman”.
Demikianlah langkah-langkah dakwah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW., bersama para sahabatnya yang strategis, halus, lembut, dan menyentuh hati, serta luwes dan mengena pada sasaran. Pada akhirnya Abu Sufyan dan seluruh warga Makkah menyatakan masuk islam dengan bersyahadat dan para pembesar-pembesar mereka kemudian hari menjadi da'i-da'i Islam yang handal dan bahkan tidak sedikit yang akhirnya menjadi ulama-ulama yang terkenal.
Dari ungkapan-ungkapan diatas kita dapan ambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Dakwah dan perjuangan ummat Islam diwarnai dengan sikap-sikap yang simpatik dan penuh kasih sayang, dengan kata lain memakai pendekatan Rahmatan Lil Alamin Bil Hikmah wal mau idzatil hasanah.
2. Ukhuwah islamiyah yang merupakan modal yang harus diciptakan. Sebab tanpa ukhuwah (kekompakkan dan kebersamaan), maka jumlah ulama/kiyai, pemimpin, pengusaha, dan intelektual akan semakin sedikit karena mereka bercerai-berai...
3. Setelah kompak dan bersatu, maka perlu diupayakan pengembangan potensi sumber daya manusia muslim yang handal dengan mendirikan dan meningkatkan fungsi pusat-pusat pendidikan dan latihan.
4. Upaya meningkatkan kesejakteraan ummat islam dengan jalan membuka jalur-jalur dan pusat pengembangan ekonomi ummat, mutlak diperlukan.
5. Terus tetap berusaha mengadakan perluasan dan peningkatan dakwah Islamiyah dengan paling tidak memberikan bantuan maupun motivasi yang baik agar lebih luas dalam penyebaran islam.

SUMBER REFERENSI : BULETIN ASSURUR Edisi 01 th. Ke. VIII. Muharram 1429 H.