Minggu, 20 Januari 2008

Hijrah dan Perjuangan

"Barang siapa yang mau berhijrah dijalan Allah, maka ia akan dapatkan dibumi ini keberuntungan yang banyak dan luas".

Terlebih dahulu marilah kita bersyukur kepada Allah SWT., karena atas taufiq dan hidayah-Nya, maka saat ini kita memasuki tahun baru hijriyah 1429, tetap dalam keadaan beriman dan bertaqwa. Kemudian marilah kita selalu berusaha meningkatkan kualitas iman dengan usaha yang sungguh-sungguh, dengan cara selalu berusaha ingat kepada Allah, ingat akan nikmat-nikmatNya yang telah diberikan kepada kita dan berusaha untuk selalu menyukurinya.
Selain itu pula, berusaha selalu mengingat akan perintah-perintah-Nya dan berusaha melaksanakannya. Janganlah sekali-kali dengan sengaja melupakan Allah atau berbuat sesuatu yang menyebabkan kita bisa lupa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali pula kita dengan sengaja mengingkari nikmat-nikmat-Nya serta berani melanggar larangan-larangan Allah karena itu kita menjadi beku dan keras sehingga sulit untuk Taqarrub kepadaNya nauzubillah.
Peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, Rasullulah SAW., beserta para sahabatnya dari Makkah menuju Yastrib (Madinah) merupakan peristiwa yang sangat penting dalam konteks kesejakteraan Ummat Islam. Dari peristiwa Hijrah itu dapat kita tarik nilai dan pelajaran yang amat mendasar sebagai bekal untuk menuju Izzul Islam wal muslimin, menuju terciptanya persatuan dan kesatuan diantara kaum muslimin. Sebab kita semakin sadar bahwa ummat Islam dituntut untuk dapat membuktikan kepada khalayak dunia bahwa kehadiran Islam dimuka bumi ini merupakan rahmat bagi alam semesta atau Rahmatan Lil Alamin. Wama arsalaka illa rohmatan lil alamin. "Tidak aku mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta”. Pada hakikatnya peristiwa hijrah Nabi dapat kita lihat dari dua aspek Yaitu aspek Aqidah dan aspek Sosial.
Dari aspek aqidah, peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW., adalah semata-mata untuk menjalankan perintah Allah SWT., bukan karena Nabi kita takut ancaman kaum kafir. Bukan karena tidak tahan caci maki dan cercaan mereka serta bukan karena Nabi dan sahabatnya melarikan diri dari tantangan perjuangan.
Dari aspek sosial, peristiwa hijrah itu dapat kita artikan sebagai suatu upaya dan ikhtiar untuk mencari lingkungan yang kondusif sebagai suatu strategi dalam usaha mewujudkan cita-cita masa depan dalam membentuk masyarakat yang damai tentram lahir batin adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT., mungkin karena itu semua kepada orang-orang yang bersedia berhijrah ke Madinah waktu itu Allah menjanjikan dengan firman-Nya : "Barang siapa yang mau berhijrah dijalan Allah, maka ia akan dapatkan dibumi ini keberuntungan yang banyak dan luas".
Setelah Nabi Muhammad SAW., beserta rombongan para sahabat tiba di Madinah, mereka segera melakukan langkah-langkah antara lain :
Pertama : Mempersaudarakan (memantapkan ukhuwah) antara kaum / sahabat anshar dan muhajirin. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menyatukan dan menghimpun potensi yang dilaksanakan pada semua jalur kehidupan antara lain ; melalui jalur pernikahan, rumah tangga, ekonomi, bahkan melalui jalur budaya dan tradisi. Semua iu dilaksanakan untuk modal dasar dalam ikhtiar membangun masyarakat yang dicita-citakan.
Kedua : Membangun Masjid Quba' sebagai pusat kegiatan Islam. Dimasjid itu mereka beribadah, menguatkan aqidah dan mempertinggi akhlak. Disitu pula mereka memperdalam ilmu dengan belajar, bermusyawarah, bahkan menyusun strategi perjuangan islam.
Ketiga : Mendirikan pasar dan membuka jalur-jalur perekonomian baru, sehingga dapat memperkokoh perekonomian ummat dan sekaligus memperkuat perekonomian Negara dan mempermudah dalam menghimpun dana untuk membangun pemerintah yang solid.
Keempat : Mengadakan perjanjian-perjanjian damai dengan kekuasaan-kekuasaan non-Muslim disekitar madinah seperti kaum Yahudi dan sebagainya. Kemudian memperluas jalur-jalur tetangga dengan mengirim surat (ajakan masuk Islam).
Dengan langkah-langkah strategi semacam itu dalam kurun sekitar 10 tahun Nabi Muhammad beserta para sahabatnya telah berhasil mewujudkan masyarakat yang diidamkan, yaitu masyarakat yang sejaktera lahir dan batin, tentram dan damai dibawah panji-panji Islam. Bahkan eksistensi Negara Madinah pada saat itu semakin kokoh dan solid, sehingga penyiaran islam semakin merata bukan saja di semenanjung Arab tapi sampai ke pinggiran benua Eropa (Persia dan Romawi Timur) dan bahkan sampai ke pesisir timur Afrika (Abbasiyah).
Kekuatan dan kewibawaan Negara Madinah pada waktui itu boleh dikatakan sudah mirip dengan Negara super power (Amerika Serikat). Hal ini terbukti antara lain pada waktu peristiwa Amal Fathi (takluknya Negara Mekkah dibawah rezim kafir). Pada waktu itu umat Islam Madinah beramai-ramai datang ke Mekah yang pada saat itu berada dibawah kekuasaan kaum kafir dengan pimpinan Abu Sufyan, cukup dengan berbaris dan mengumandangkan yel-yel "Allahu Akbar-Allahu Akbar", seluruh pemimpin dan algojo-algojo kuffar dibuat ketakutan dan mereka tidak berani keluar rumah. Abu sufyan bertekuk lutut dan seluruh kekuatan Negara Mekkah pun menyerah tanpa syarat kepada madinah (pasukan kaum Nabi Muhammad SAW).
Peristiwa hijrah dan Amal Fathi itulah suatu contoh dari proses dan penerapan dakwah Islam yang sukses dan paling gemilang sepanjang sejarah. Suatu dakwah tanpa menyakitkan, tanpa kekerasan, apalagi dengan perang, tetapi mengan dengan kemuliaan bahkan dilengkapi dengan sikap dan perilaku Rasulullah yang sungguh sangat mengagumkan dan itu menunjukkan kelembutan dan kehalusan islam dalam berdakwah. Sebagai pemimpin kafir Makkah, Abu Sufyan tetap dilindungi bahkan dijadikan pemimpin Makkah, Nabi bersabda "Barang siapa yang masuk umah Abu Sufyan ia akan selamat, dan barang siapa yang masuk Masjidil Haram ia akan aman”.
Demikianlah langkah-langkah dakwah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW., bersama para sahabatnya yang strategis, halus, lembut, dan menyentuh hati, serta luwes dan mengena pada sasaran. Pada akhirnya Abu Sufyan dan seluruh warga Makkah menyatakan masuk islam dengan bersyahadat dan para pembesar-pembesar mereka kemudian hari menjadi da'i-da'i Islam yang handal dan bahkan tidak sedikit yang akhirnya menjadi ulama-ulama yang terkenal.
Dari ungkapan-ungkapan diatas kita dapan ambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Dakwah dan perjuangan ummat Islam diwarnai dengan sikap-sikap yang simpatik dan penuh kasih sayang, dengan kata lain memakai pendekatan Rahmatan Lil Alamin Bil Hikmah wal mau idzatil hasanah.
2. Ukhuwah islamiyah yang merupakan modal yang harus diciptakan. Sebab tanpa ukhuwah (kekompakkan dan kebersamaan), maka jumlah ulama/kiyai, pemimpin, pengusaha, dan intelektual akan semakin sedikit karena mereka bercerai-berai...
3. Setelah kompak dan bersatu, maka perlu diupayakan pengembangan potensi sumber daya manusia muslim yang handal dengan mendirikan dan meningkatkan fungsi pusat-pusat pendidikan dan latihan.
4. Upaya meningkatkan kesejakteraan ummat islam dengan jalan membuka jalur-jalur dan pusat pengembangan ekonomi ummat, mutlak diperlukan.
5. Terus tetap berusaha mengadakan perluasan dan peningkatan dakwah Islamiyah dengan paling tidak memberikan bantuan maupun motivasi yang baik agar lebih luas dalam penyebaran islam.

SUMBER REFERENSI : BULETIN ASSURUR Edisi 01 th. Ke. VIII. Muharram 1429 H.

Selasa, 13 November 2007

EVALUASI PROGRAM PENGAJARAN

Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran sebagai panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat oleh guru tidak selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi lagi pada program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program pengajaran.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah: Apakah yang dimaksud dengan evaluasi program? mengapa evaluasi program perlu dilaksanakan? Apakah yang menjadi objek atau sasaran dari evaluasi? dan Bagaimanakah cara melaksanakan evaluasi program?

Menurut Arikunto (1999: 290) "Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program". Ada beberapa pengertian tentang program itu sendiri, diantaranya program adalah rencana dan kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Jadi dengan demikian melakukan evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan.

Yang menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum. Jika sudah tercapai bagaimana kualitas pencapaian kegiatan tersebut, jika belum tercapai bagaimanakah dari rencana kegiatan yang telah dibuat yang belum tercapai, apa sebab bagian rencana kegiatan tersebut belum tercapai, adakah factor lain yang mempengaruhi ketidakberhasilan program tersebut.

Untuk menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan sebelumnya.

Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yatu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajara. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut. Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.

Dalam melakukan evaluasi program, apanya dari program yang dievaluasi?

a. Input
Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda. Oleh karena itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu memperhatikan aspek-aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar.

b. Materi atau kurikulum
Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang sedemikian luas mengandung keragaman yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini anatara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang terantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya.

c. Guru
Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalmrangka melaksanakan pembelajaran

d. Metode atau pendekatan dalam mengajar
Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan sebagainya.

e. Sarana
Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang digunakan. Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang memerlukan.

f. Lingkungan
Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa. Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan.

Apabila guru ingin melakukan evaluasi program dengan lebih seksama, terlebih dahulu hendaknya menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data. Instrument pengumpulandat bisa berupa angket, pedoman wawancara, pedoman pengamatan dan lain sebagainya. Sebagai cara yang paling sederhana adalah menagadakan pendekatan terhadap peristiwa yang dialami sehari-hari di kelas.

Untuk mengevaluasi progam seorang guru tidak perlu dibebani secara sistematis sebagaimana layaknya seorang peneliti. Akan tetapi guru cukup membuat acuan singkat dan sederhana yang disusun dalm bentuk pertanyaan. Dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guru akan memperoleh umpan terhadap apa yang dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan objek atau sasaran evaluasi program yang meliputi keenam aspek tersebut di atas.

Pengajaran dan pembelajaran adalah merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan oleh seorang guru. Agar program pengajaran yang telah dilaksanakan itu baik atau tidak perlu dilaksanakan suatu penilaian, yang sering dikenal dengan evaluasi program pengajaran. Evaluasi program pengajaran ini meliputi 1) Input (masukan), 2) materi atau kurikulum, 3) Guru, 4) Metode atau pendekatan dalam mengajar, 5) Sarana: alat pelajaran ata media pendidikan, 6) lingkungan.

Daftar Pustaka

Ansyar, Mohammad. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Resensi buku evaluasi program

Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program itu sangat urgen dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan.

Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu :

(1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan

(2) terjadi dalam waktu yang relatif lama, karena merupakan kegiatan berkesinambungan

(3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil dalam pelaksanaan sebuah program keputusan yaitu:

(1) menghentikan program, karena dipandangprogram tersebut tidak ada manfaatnya atau tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

(2) merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan.

(3) melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan segala sesuatunya sudah berjalan dengan harapan.

(4) menyebarluaskan program, karena program tersebut sudah berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat waktu yang lain.

Untuk dapat menjadi evaluator, seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Mampu melaksanakan

- Cermat

- Objektif

- Sabar dan tekun

- Hati-hati dan bertanggung jawab.

Sudah barang tentu dengan memperhatikan syarat-syarat diatas tidak semua orang bisa menjadi evaluator.

Tujuan evaluasi terdiri dari dua macam yaitu:

1. Tujuan khusus, yang diarahkan pada masing-masing komponen

2. Tujuan umum, yang diarahkan pada program keseluruhan

Dan untuk mempermudah mengidentifikasi tujuan evaluasi program, kita harus memperhatikan unsur-unsur dalam kegiatan pelaksanaannya yang terdiri dari:

a. what=apa yang digarap

b. who= siapa yang menggarap

c. how= bagaimana menggarapnya.

Dengan memperhatikan pada tiga unsur kegiatan tersebut, ada tiga komponen paling sedikit yang dapat dievaluasi: tujuan, pelaksana kegiatan dan prosedur/teknik pelaksanaan.

Didalam evaluasi ada dua kriteria untuk mempermudah penilaian yaitu, kriteria kuantitatif dan kriteria kualitatif.Kemudian dalam kriteria kuantitatif sendiri dibedakan menjadi dua:

1. Kriteria kuantitatif tanpa pertimbangan, maksudnya adalah kriteria ini disusun hanya dengan memperhatikan rentangan bilangan tanpa mempertimbangkan apa-apa, kriteria ini dilakukan dengan membagi rentangan bilangan.

2. Kriteria kuantitatif dengan pertimbangan, maksudnya adalah seorang evaluator membuat pertimbangan tertentu berdasarkan sudut pandangnya. Sebagai contoh: pada peraturan akademik pada setiap jurusan menentukan persentase pencapaian tujuan belajar sebagai berikut:
* Nilai A : rentangan 80-100%
* Nilai B : rentangan 66-79%
* Nilai C : rentangan 56-65%
* Nilai D : rentangan 40-55%
* Nilai E : kurang dari 40%

Melihat pengkategorian nilai-nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa rentangan di dalam setiap kategori tidak sama, demikian juga jarak antara kategori tidak sama. Nah disinilah pertimbangan evaluator dalam kegiatan penilaian diperlukan.

Sedangkan kriteria kualitatif adalah kriteria yang dibuat dengan tidak menggunakan angka-angka didalamnya, hal-hal yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria kualitatif yaitu indikator dan komponen didalamnya. Dan dari masing-masing kriteria ini tetap ilmiah karena disusun berdasarkan penalaran yang benar.

Didalam evaluasi program pendidikan terdapat ketepatan model evaluasi yang berarti ada ketertautan yang erat antara evaluasi program dengan jenis program yang dievaluasi.Dan jenis program ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:

  1. Program pemrosesan, maksudnya adalah program yang kegiatan pokoknya mengubah bahan mentah (input) menjadi bahan jadi sebagai hasil proses (output).
  2. Program layanan, maksudnya adalah sebuah kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu sehingga merasa puas dengan tujuan program.
  3. Program umum, maksudnya adalah sebuah program yang tidak tampak apa yang menjadi ciri utamanya.

Kemudian ada beberapa hal yang dimuat dalam rancangan evaluasi program yaitu:

1. Judul kegiatan

2. Alasan dilaksanakannya Evaluasi

3. Tujuan

4. Pertanyaan evaluasi

5. Metodologi yang digunakan, dan

6. Prosedur kerja dan langkah-langkah kegiatan

Seperti halnya penelitian, evaluasi program memerlukan proposal dan rancangan evaluasi. Perbedaan antara proposal evaluasi program dan rancangan evaluasi program terletak pada tekanan isinya. jika proposal merupakan usulan kegiatan maka, rancangan merupakan peta perjalanan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh evaluator dalam melaksanakan evaluasi.

Dalam perencanaan evaluasi program ada tiga hal yang harus diperhatikan:

1. Analisis kebutuhan, merupakan sebuah proses penting bagi evaluasi program karena melalui kegiatan ini akan dihasilkan gambaran yang jelas tentang kesenjangan antara hal atau kondisi nyata dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan sasarannya adalah siswa, kelas atau sekolah.

2. Menyusun proposal evaluasi program, dengan memperhatikan butir yang rawan adalah sebagai berikut:
A. Pendahuluan, menekankan garis besar bagian isi.
B. Metodologi yang berisi tiga hal pokok, yaitu penentuan sumber data, metode pengumpulan data dan penentuan instrumen pengumpulan data.
C. Penentuan instrumen evaluasi yang menekankan pada alat apa yang diperlukan untuk mengumpulkan data, hal tersebut biasanya harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator.

Secara garis besar evaluasi program dilaksanakan melalui beberapa tahapan:tahap persiapan evaluasi program, tehap pelaksanaan evaluasi program dan tahap monitoring pelaksanaan program.

Analisis data dalam evaluasi program pendidikan dapat dilaksanakan melalui tiga tahap:

1. Tabulasi data, merupakan sebuah pengolahan dan pemrosesan hingga menjadi tabel dengan tujuan agar mudah saat melakukan analisis. Tabulasi ini berisikan variabel-variabel objek yang akan diteliti dan angka-angka sebagai simbolisasi (label) dari kategori berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti.

2. Pengolahan data, kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan setelah data terkumpul dan ditabulasi.Dari pengolahan data ini dapat diperoleh keterangan/informasi yang bermakna atas sekumpulan angka, simbol, atau tanda-tanda yang didapatkan dari lapangan.

3. Pengolahan data dengan komputer, merupakan kemudahan bagi peneliti bila objek yang diteliti memiliki variabel banyak dan sangat kompleks, hanya dengan memasukkan coding sheet langsung memprosesnya maka hasilnya akan diperoleh cepat.

Kemudian saat menyusun laporan evaluasi biasanya harus memuat empat hal pokok:

1. Permasalahan

2. Metodologo evaluasi

3. Hasil evaluasi, dan

4. Kesimpulan hasil evaluasi

Dan biasanya dalam menyusun laporan evaluasi memuat tujuh hal pokok diantaranya: ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka, metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi serta daftar pustaka.

Dalam penulisan laporan mempunyai empat tujuan yaitu,

1. Untuk memberikan keterangan

2. Memulai suatu tindakan

3. Mengoordinasi proyek

4. Menyarankan suatu langkah tindakan, dan merekam kegiatan.

Yang termasuk laporan untuk merekam kegiatan adalah laporan kemajuan (dapat dibuat sesuai kebutuhan ada yang setiap bulan, triwulan atau persemester )dan laporan akhir (merangkum segala segi pekerjaan setelah semuanya selesai).

Cat: Resensi buku "EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN" Pengarang Prof. Dr. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar Penerbit Bumi Aksara

Senin, 05 November 2007

Perbedaan aNtara EvaLuator InteRnal dGn EvaluatoR EksteRnal

Untuk dapat menjadi evaluator, seseorang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

  1. Mampu melaksanakan, persyaratan pertama yang harus dipenuhi oleh evaluator adalah bahwa mereka harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
  2. Cermat, dapat melihat celah-celah dan detail dari program serta bagian program yang akan dievaluasi.
  3. Objektif, tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan pribadi, agar dapat mengumpulkan data sesuai dengan keadaannya, selanjutnya dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur oleh ketentuan yang harus diikuti.
  4. Sabar dan tekun, agar di dalam melaksanakan tugas dimulai dari membuat rancangan kegiatan dalam bentuk menyusun proposal, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan menyusun laporan, tidak gegabah dan tergesa-gesa.
  5. Hati-hati dan bertanggung jawab, yaitu melakukan pekerjaan evaluasi dengan penuh pertimbangan, namun apabila masih ada kekeliruan yang diperbuat, berani menanggung resiko atas segala kesalahannya.

Menentukan asal evaluator harus mempertimbangkan keterkaitan orang yang bersangkutan dengan program yang akan dievaluasi. Berdasarkan pertimbangan tersebut evaluator dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu Evaluator Eksternal dan Evaluator Internal.

  • Evaluator Internal (Evaluasi Dalam), yang dimaksud dengan Evaluator Dalam adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah seorang dari petugas atau anggota pelaksana program yang evaluasi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari evaluator dalam yaitu:

Kelebihan

  1. Evaluator memahami betul program yang akan dievaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidaka perlu ada. Dengan kata lain, evaluasi tepat pada sasran.
  2. Karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana untuk membayar petugas evaluasi.

Kekurangan :

  1. Adanya unsur subyektivitas darievaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluai dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dengan kata lain, evaluator internal dapat dikhwatirkan akan bertindak subjektif.
  2. Karena sudah memahami seluk-beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.
  • Evaluator Eksternal ( Evaluator Luar ), yang di maksud dengan evaluator luar adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Mereka berada diluar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Melihat bahwa status mereka berada di luar program dan dapat bertindak bebas sesuai dengan keinginan mereka sendiri maka tim evaluator luar ini biasa dikenal dengan nama tim bebas atau independent team.

Kelebihan :

  1. Oleh karena tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator eksternal dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi, tidak akan ada respons emosional dan evaluator karena tidak ada keinginan untuk melibatkan bahwa program tersebut berhasil. kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.
  2. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas kemampuannya. Dengan begitu, evaluator akan bekerja secara serius dan hati-hati.

Kekurangan :

  1. Evaluator luar adalah orang baru, yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-hal yang kurang jelas. hal itu wajar karena evaluator tidak ikut dalam proses kegiatannya. dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
  2. Pemborosan, pengambil keputusan harus mengeluarkan dana yang cukup banyak untuk membayar evaluator bebas.

Adapun perbedaan yang menonjol antara Evaluator Eksternal dan Evaluator Internal adalah adanya satu langkah penting sebelum mereka mulai melaksanakan tugas. oleh karena evaluator luar adalah pihak asing yang tidak tahu-menahu dan tidak berkepentingan dengan program, yang diasumsikan belum memahami seluk-beluk program maka terlebih dahulu tim tersebut perlu mempelajari program yang akan dievaluasi.

Hal-hal yang harus dipelajari oleh seorang evaluator meliputi tujuan program, komponen program, siapa pelaksananya dan pihak-pihak mana yang terlibat, kegiatan apa saja yang sudah terlaksana dan gambaran singkat tentang sejauh mana tujuan program sudah dicapai.


Senin, 29 Oktober 2007

konsorsiun stanford

Konsorsium kerja sama Universitas "U21 Global" mulai digulirkan dengan modal awal kerja sama senilai AS $ 50 juta. Kantor administrasi pengelola kampus akan berpusat di Singapore, demikian pula halnya dengan segala paket materi perkuliahan akan dipersiapkan dan dipancarkan lewat Internet dari Singapore.
Dalam tahap awal operasionalnya "U21 Global" akan membidik pasar di kawasan Asia, khususnya ASEAN dan Asia Timur. President & CEO Thomson Learning yang juga duduk sebagai manajemen puncak "U21 Global" Bob Cullen memprediksikan akan terdapat pasar potensial pendidikan model e-Learning lewat Internet bagi sejumlah 32 juta mahasiswa di seluruh penjuru dunia akan setara dengan permintaan bernilai komersial sebesar AS $ 100 milyar lebih.
Pasar Asia khususnya untuk calon mahasiswa dari Singapore, Malaysia, dan Hong Kong, dianggap sebagai pasar pertama yang paling potensial dan dikenal sebagai pengguna jasa yang "brand concious"-nya tinggi dan sangat menghargai akan arti mutu materi kuliah yang berasal dari universitas terkemuka yang bergabung dalam konsorsium Universitas "U21 Global". Bahasa pengantar kuliah adalah Bahasa Inggris.
15 Universitas yang telah aktif bergabung dalam "U21 Global" yakni ;
· University of Virginia, University of Michigan, McGill University, University of British Columbia ( AS & Canada ) ;
· University of Melbourne, University of New South Wales, University of Queensland, University of Auckland ( Australia & Selandia Baru ).
· National University of Singapore ( NUS ), University of Hong Kong, Fudan University dan Peking University ( China ).
· Beberapa universitas dari negara-negara di Europe.
Di AS komersialisasi jasa pendidikan e-Learning telah berjalan sejak menjelang tahun 2000 ; baik yang dijalankan oleh Universitas maupun ditawarkan oleh Institusi swasta penyedia jasa Pendidikan & Training. Persaingan di tengah pasar AS senilai $1.1 milyar sesuai penelitian Goldman Sachs sampai tahun 2002 berjalan sangat kompetitif. Terlebih ketika pada Nov 2000 Universitas terpandang seperti Harvard dan Stanford yang bekerja sama menyiapkan program unggulan keduanya dalam bidang Manajemen Bisnis dilaksanakan on-line di Internet. Program kedua Universitas memang difokuskan terutama bagi sosok eksekutif yang memerlukan penajaman lanjutan dalam keahlian bidang Manajemen.
Ketua Jurusan Harvard Business School telah menggariskan visi Harvard & Stanford guna menjadi nara sumber terdepan dalam bidang pendidikan manajemen secara on-line dizaman global ini adalah : "to educate leaders around the world,"

Rabu, 10 Oktober 2007

Resensi Buku


Ketiadaan Waktu dan Realitas Takdir Harun Yahya (Penulis), Aminah Mustari (Penj), Dadi M.H. Basri (Peny.), Robbani Press (Telp. 87780250), Rabi'ul Awwal 1424 H/Mei 2003 M, Rp. 17.000, xvii + 213 hlm.


Meluruskan Konsep Waktu

Dengan baju ilmiah, Materialisme dan ideologi turunannya tak henti-hentinya menggugat dan mengingkari fakta penciptaan. Beberapa kurun lamanya, dagangannya ini cukup laku juga. Namun sejalan dengan perjalanan waktu, segenap teori yang dibangunnya hancur berkeping-keping. Tragisnya, keruntuhannya itu pun dikukuhkan dengan teori-teori ilmiah dan berbagai temuan mutakhir di bidang sains. Fakta inilah yang dieksplorasi secara gemilang dan meyakinkan oleh Harun Yahya melalui buku-bukunya, seperti juga buku ini.
Bila Materialisme tak pernah percaya akan adanya sesuatu di balik materi—yang mengindikasikan adanya pengingkaran terhadap penciptaan, hal senada juga menyangkut pemahamannya terhadap waktu. Kaum materialis meyakini bahwa waktu bersifat mutlak dan abadi, yang karenanya tak ada yang menciptakan waktu. Padahal faktanya waktu itu bersifat relatif, yang meniscayakan adanya Sang Pencipta. Hal ini tak hanya diberitakan dalam al-Qur'an, tapi juga diperkuat dengan pendapat para fisikawan modern. Dan kepiawaian Harun Yahya dalam meramu dua dalil kebenaran tersebut sungguh tidak diragukan lagi.
Menurut Ilmuwan asal Turki ini, dari penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern disimpulkan bahwa waktu bukanlah kenyataan mutlak seperti yang disangka para materialis, melainkan hanya merupakan persepsi relatif. Yang paling menarik adalah bahwa fakta yang tidak ditemukan sains hingga abad kedua puluh ini diungkapkan kepada umat manusia dalam al-Qur'an sejak empat belas abad yang lalu. Ada berbagai referensi dalam al-Qur'an mengenai relativitas waktu ini.
Fakta yang terbukti secara ilmiah bahwa waktu merupakan persepsi psikologis yang bergantung pada peristiwa, latar, dan kondisi, dapat dilihat di dalam banyak ayat al-Qur'an. Sebagai contoh, seluruh kehidupan seseorang sangat singkat seperti yang dikabarkan dalam al-Qur'an:
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk” (QS. Yunus [10]: 45).
Dalam beberapa ayat ditunjukkan bahwa manusia menganggap waktu berbeda-beda satu sama lain, dan terkadang manusia dapat menganggap waktu yang sangat singkat menjadi waktu yang sangat lama. Percakapan yang terjadi di hari perhitungan di akhirat berikut ini merupkan contoh tentang hal itu.
“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui'” (QS. al-Mukminun [23]: 112-114).
Ayat-ayat ini merupakan ungkapan manifestasi yang jelas tentang relativitas waktu. Fakta bahwa informasi yang baru saja dipahami oleh ilmuwan abad kedua puluh ini telah diinformasikan kepada manusia 1400 tahun yang lalu di dalam al-Qur'an, merupakan tanda bahwa wahyu ini adalah dari Allah, yang meliputi keseluruhan waktu dan ruang. Dia-lah (Allah) Yang menciptakan waktu, dan tidak dibatasi oleh waktu itu sendiri. Sementara manusia, bukankah untuk mengetahui waktu tidurnya saja tidak tahu?
Dengan demikian, sangatlah tidak masuk akal untuk mempertahankan pernyataan bahwa waktu adalah mutlak—sebagaimana keyakinan para penganut Materialisme.
Mengapa Harun Yahya, penulis produktif ini tergugah untuk meluruskan konsep waktu, dan menekankan bahwa waktu itu sangat relatif? Karena hal ini bertautan dengan konsep takdir—yang merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang. Sebuah konsep yang tidak dipahami dengan baik oleh kebanyakan orang, terutama para materialis yang sepenuhnya menolak konsep ini.
Kebanyakan orang mempertanyakan bagaimana Allah mengetahui peristiwa-peristiwa yang belum dilalui. Hal inilah yang menyebabkan mereka gagal dalam memahami kebenaran takdir. Bagaimana pun juga, peristiwa-peristiwa yang belum dialami itu hanyalah belum dialami oleh kita. Sementara Allah tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, karena Ia yang menciptakan semua itu. Karena alasan inilah, maka masa lalu, masa depan, dan masa kini, semuanya adalah sama saja bagi Allah; bagi-Nya, segala sesuatu telah terjadi dan berakhir.
Kita juga memahami dari apa yang Allah kaitkan dalam al-Qur'an, yakni bahwa waktu itu satu bagi Allah. Banyak kejadian yang tampaknya akan terjadi di masa datang disebutkan dalam al-Qur'an dengan cara demikian, seakan-akan ia telah berlangsung jauh sebelum itu. Dan hal ini hanya bisa dipahami kalau seseorang memahami secara benar konsep takdir, yang—sekali lagi— merupakan pengetahuan sempurna Allah tentang peristiwa masa lalu dan masa mendatang.
Maka selain menegaskan relativitas waktu, buku ini juga insya Allah makin menambah keimanan kita terhadap takdir Allah.